Iklan Adsense Otomatis

Tempat Bersejarah: Gedung Bali Kota di Surabaya

Gedung Balai Kota Surabaya

source: www.boombastis.com

Sejak zaman Belanda sampai saat ini, Gedung balai kota memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai kantor walikota.

Pada tanggal 1 April 1906 Kota Surabaya secara resmi sebagai Resort Gemeente yang dijalankan oleh Dewan Gemeente dan diketuai oleh asisten residen sebagai kepala daerah. Balai Kota Surabaya yang terletak di Jalan Walikota Mustajab, di sebelah utara Gereja Maranatha Surabaya.

Tahun 1916 diangkat Wali Kota Surabaya pertama adalah A. Meyroos yang bertugas sampai tahun 1921. Pada waktu A. Meyroos menjabat, G. Cosmas Citroen mengajukan desain pertama untuk balai kota karena Surabaya saat itu memang belum mempunyai kantor pemerintahan. Lokasi awal yang dipilih adalah di depan Tugu Pahlawan, pada waktu itu terkendala biaya terpaksa hasil rancangan Citroen tidak bisa diwujudkan oleh A. Meyroos.

Baru setelah wali kota yang kedua adalah G.J. Dijkermann yang terpilih, rencana membangun gedung balai kota diwujudkan. Namun, rancangan Citroen harus re-desain ulang menyesuaikan dengan lokasi tempat dibangunnya gedung balai kota tersebut. Lokasi yang disediakan adalah di daerah Ketabang Kali sehingga desainnya harus memangkas rancangan bangunan yang ada di bagian belakang bangunan utama. Hal ini didasarkan pada pertimbangan kalau dibangun di kawasan Ketabang Kali, gedung balai kota tersebut tidak menghadap ke alun-alun. Sehingga, bangunan utama harus diundurkan agar kesan focal point terlihat.

Gedung utama balai kota di daerah Ketabang Kali mulai dibangun pada tahun 1920 dan selesai pada tahun 1925. Pelaksanaan pembangunan fisiknya dilakukan oleh N.V. Hollandsche Beton Maatschappij. Biaya seluruhnya, termasuk perlengkapan dan lain-lainnya, menghabiskan dana sekitar 1.000 gulden (koin emas). Dijkermannstraat sebuah nama jalan yang mengabadikan dari Dijkermann. Saat ini nama Dijkermannstraat menjadi nama Jalan Yos Sudarso, sebuah ruas jalan menuju Balai Kota Surabaya.

Pada bulan Januari 1937, Balai Kota Surabaya menjadi tempat untuk menyambut Ratu Juliana dan pangeran Bernhardfeesten ketika berkunjung ke Surabaya. Semenjak didirikan, gedung yang memiliki panjang 102 meter dan lebar 19 meter ini memang berfungsi sebagai Balai Kota Surabaya hingga saat ini. Bentuknya tidak berubah, hanya bagian atapnya yang dulu terbuat dari sirap diganti dengan genteng.