Iklan Adsense Otomatis

Strategi Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat (CBT (Community Based Tourism))

Strategi Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat (CBT (Community Based Tourism))

Penulis: Wahyu Febrianto


Pelaksanaan pembangunan desa wisata mengalami perubahan yang signifikan tidak hanya mengacu sektor pertanian. Selain itu, mengarah pada perkembangan TIK yang bertujuan meningkatkan sumber pertumbuhan dan kekuatan ekonomi masyarakat desa yang dapat digerakkan dengan memperkuat fondasi kearifan lokal lingkup pedesaan. Kearifan lokal perdesaan tersebut mencakup karakteristik budaya, sosial, kesenian dan geografis (fisik); struktur kawasan pemukiman; dan bidang kelembagaan pedesaan setempat (Daljoeni dan Suyitno, 2004). Dalam praktiknya, pembangunan desa wisata ini memiliki permasalahan-permasalahan, yaitu masyarakat desa sulit menerima budaya modernisasi dan masih mengedepankan perilaku dan sikap keterbelakangan (Amien, 2005). Permasalahan kedua, kendala pengembangan TIK akan kurangnya infrastruktur di lingkup perdesaan dan kapasitas sumber daya masyarakat dalam pembangunan desa wisata yang didasarkan pada salah satu hasil temuan penelitian Badri (2016). Permasalahan berikutnya mencakup penggunaan anggaran yang tidak tepat guna (Soleh dan Anitasari, 2014).

Kepenulisan artikel ini berfokus pada kendala pengembangan TIK akan kurangnya infrastruktur TIK dan kapasitas sumber daya masyarakat dalam pembangunan desa wisata. Solusi terhadap permasalahan ini mendorong mewujudkan strategi pengembangan desa wisata yang diharapkan mampu merangkul keterlibatan masyarakat lokal dalam ikut serta meningkatkan kompetensinya. Sidiq dan Resnawaty (2017) menyebutkan bahwa pembangunan dengan metode CBT (Community based tourism) memberikan peluang kepada masyarakat desa untuk ikut serta dalam pembangunan desa wisata berbasis IT. Metode CBT merupakan sebuah metode pembangunan pariwisata yang mengacu pada keterlibatan langsung oleh masyarakat lokal dalam bentuk memberikan ide kegiatan dan manajemen secara adil dalam pembagian keuntungan dan manfaat dirasakan langsung bagi masyarakat lokal. Dengan adanya konsep CBT ini diharapkan menjadikan kehadiran desa wisata sebagai produk destinasi wisata sehingga bernilai atau kualitas budaya perdesaan dan tidak merusaknya dalam pengembangan desa wisata. 

Wacana selanjutnya adalah mengoptimalkan kekhasanahan lokal yang dapat terus menerus berkelanjutan. Dalam mewujudkan desa wisata berbasis pemanfaatan teknologi melalui jaringan media sosial sebagai upaya bentuk promosi produk untuk dijual dalam kemasan destinasi pariwisata. Hal ini dianggap memiliki keterkaitan dengan strategi pembangunan perdesaan. Gannon dalam Adawiyah, dkk (2017) mengatakan bahwa pariwisata perdesaan yang ditawarkan berdasarkan kekhasan setiap desa termasuk dalam jenis usaha kecil. Dengan ini, pemberdayaan masyarakat desa secara aktif sebagai ujung tombak dan memberikan dampak positif untuk memperkuat daya tawar desa wisata sebagai produk unggulan yang didukung dengan produk kerajinan, kesenian khas dan lainnya dari desa tersebut. Penelitian Adawiyah, dkk (2017) menyebutkan contoh di wilayah Desa Papringan, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah menawarkan beragam destinasi wisata, seperti festival Serayu, Kampung Batik Banyumasan dengan dikelilingi aliran Sungai Serayu dan sumber air Curug Krucuk yang menawarkan sensasi menyusuri Sungai Serayu dengan perahu, kesenian Lengger Langen Budaya, Cowongan, sedekah bumi dan kesenian musik Calung Banyumasan. 

Strategi pemetaan potensi wisata dengan memanfaatkan TIK di Desa Papringan meliputi melakukan hubungan kerjasama pelatihan teknik batik, pengembangan website desa, migrasi ke tahap teknologi open source melalui aplikasi smartphone, dan membangun keterhubungan antar desa yang mendukung gagasan pembangunan desa wisata. 

Selanjutnya, pembangunan desa wisata berbasis internet ini harus didukung dengan peran dan kewenangan stakeholders dari pemerintah maupun swasta, perguruan tinggi, Investor, LSM, dan, praktisi teknologi informasi. Dukungan ini dilakukan guna meningkatkan promosi, pemasaran yang lebih terfokus dan selektif dengan kombinasi promosi online maupun offline melalui Roadshow, Family Trip untuk menggerakkan kunjungan wisatawan. Sehingga lingkup desa wisata tidak lagi mengalami kesenjangan dalam pembangunan dan akses terhadap informasi, Badri (2016). 

Upaya yang dapat menambahkan efektivitas konsep CBT adalah bertindak dalam mengembangkan produk aktivitas desa wisata, yaitu mempertahankan kelestarian dan keindahan lingkungan sekitar dengan melibatkan pengunjung dan berkontribusi dalam melakukan aktivitas bersih-bersih sampah bersama dengan masyarakat lokal; pengembangan produk desa wisata memperhatikan aspek lingkungan agar produk desa wisata yang ditawarkan ramah terhadap lingkungan alam.
tag: Analisis Informasi Bisnis, Ilmu perpustakaan

Referensi

Adawiyah, dkk. 2017. Strategi Pengembangan Desa Wisata Berbasis
Masyarakat (community based rural tourism) di Desa Papringan. Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers:1072-1083. Purwokerto, 17-18 November 2017.
Amien, AM. 2005. Kemandirian Lokal: Konsepsi Pembangunan, Organisasi, dan Pendidikan dari Perspektif Sains Baru. Jakarta (ID): Gramedia.
Badri, M. 2016. Pembangunan Pedesaan Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Studi pada Gerakan Desa Membangun). Jurnal Risalah. 27. 62-73. DOI: http://dx.doi.org/10.24014/jdr.v27i2.2514
Daljoeni, N. & Suyitno, A. 2004. Pedesaan Lingkungan dan Pembangunan. Bandung : Alumni
Soleh, A. & Anitasari, M. 2014. Pembangunan Berbasis Perdesaan dalam Memperkuat Fondasi Perekonomian Nasional, Pengurangan Kesenjangan Antar Wilayah dan Mempercepat Pengentasan Kemiskinan. Border and Development International Conference: 1-15.Pontianak, 5-7 November 2014.
Sidiq, A. J. & Resnawaty, R. 2017. Pengembangan Desa Wisata Berbasis Partisipasi Masyarakat Lokal di Desa Wisata Linggarjati Kuningan, Jawa Barat. Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. 4. DOI: 10.24198/jppm.v4i1.14208.