Iklan Adsense Otomatis

Pengenalan Safety Hear Kepada Remaja dan Anak-Anak Di Sekitar Taman Baca Masyarakat (TBM) Gubeng Jaya

Pengenalan Safety Hear Kepada Remaja dan Anak-Anak

Di Sekitar Taman Baca Masyarakat (TBM) Gubeng Jaya

source: www.audioholics.com

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada daerah dengan tingkat kebisingan yang tinggi dengan gerakan kereta yang sering, kebisingan kereta api dapat mengganggu aktivitas orang dan mengganggu. Menurut Fields (1977) temuan paling ekstrem adalah bahwa 98% dari responden di tingkat tertinggi area Paris, dari 76 hingga 80 dB, melaporkan bahwa menonton televisi terganggu oleh kereta ketika jendela mereka terbuka. Sebaliknya, pada tingkat kebisingan yang rendah (69 dB (A) puncak) di sepanjang garis Tokaido Baru dalam studi Shinkansen hanya 10% responden mengatakan bahwa percakapan mereka terganggu. Mendengarkan televisi tampaknya menjadi kegiatan yang paling mudah terganggu oleh kebisingan kereta api di tiga dan mungkin keempat survei yang bukti tersedia. Gangguan dengan percakapan adalah kegiatan berikutnya yang paling mudah terganggu dalam penelitian yang dilakukan para ahli ini. Tidak ada satu pun dari penelitian yang secara langsung membahas masalah berapa banyak orang di kota, atau negara yang di survei yang terpapar pada tingkat kebisingan kereta api yang berbeda atau bahkan apakah kebisingan kereta api dirasakan sebagai masalah oleh sejumlah besar penduduk daerah tersebut. Informasi semacam itu, dapat menjadi kepentingan kebijakan yang cukup besar karena jika hanya sejumlah kecil orang yang terkena dampak dan mereka hanya berada di beberapa daerah, mungkin akan lebih ekonomis untuk menggunakan penghalang untuk mengurangi tingkat kebisingan. Dalam satu-satunya set data yang dapat menetapkan tingkat kepercayaan terhadap perkiraan persentase populasi yang terganggu, diperkirakan 35% populasi Inggris akan melaporkan bahwa mereka dapat mendengar suara kereta api, 2% terganggu olehnya dan akan menemukan bahwa kebisingan kereta api adalah gangguan kebisingan terbesar yang bisa mereka dengar ketika di rumah. Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, tahun 1998 terdapat 8-12% penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk (Nanny, 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat mnyebabkan gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komukasi, gangguan keseimbangan, dan gangguan terhadap pendengaran atau ketulian (Buchari, 2007). Karena terpapar oleh kebisingan yang berlebihan, mengakibatkan organ pendengaran menjadi rusak serta dapat memicu kerusakan organ lain, seperti halnya jantung, akibat dari kebisingan terus-menerus kebanyakan atau umjumnya gangguan kesehatan tersebut tidak dapat diobati. Oleh karena itu menghindari kebisingan yang berlebihan adalah salah satu cara yang tepat untuk mencegah kerusakan pendengaran atau ketulian (Soeripto, 2008). Kecamatan Gubeng merupakan wilayah yang dekat dengan Stasiun Kereta Api Gubeng dan sebagian rumah penduduk dekat dengan pinggiran rel kereta api, dimana dalam keseharian masyarakatnya terpapar suara kereta api. Berdasarkan hasil pengukuran, diketahui bahwa intensitas kebisingan yang ada ditempat tersebut dari jarak 5 meter dari rel kereta api yaitu 90 db (A), 10 meter 81db (A), 15 meter 65 db (A), 20 meter 54 db (A). Dengan permasalahan kebisingan dan suara yang keras dari kereta api tiap menitnya, bukan tidak mungkin para remaja dan anak-anak khususnya akan mengalami gangguan pendengaran dalam jangka panjang. Berdasarkan fenomena tersebut, kami membuat suatu kegiatan literasi informasi dalam bentuk pengenalan Safety Hear bagi para remaja dan anak- anak sekitar TBM Gubeng Jaya yang mana output atau targetnya adalah menjadikan masyarakat sekitar maupun para remaja dan anak-anak TBM Gubeng Jaya mengetahui bagaimana cara menjaga kesehatan pendengarannya dan mengetahui bagaimana menghadapi dan apa yang harus dilakukan ketika terdengar suara yang keras dari kereta api. Selain itu, kegiatan ini juga bermaksud untuk menanamkan bagaimana mengakses informasi tentang kesehatan tersebut pada sumber-sumber informasi tentang safety hear yang valid dan kredibel pada jangka panjang.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah yang kami angkat adalah “Bagaimana pengenalan Safety Hear Kepada Remaja dan Anak-Anak Di  sekitar Taman Baca Masyarakat (TBM) Gubeng Jaya?”

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan dari karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengenalan Safety Hear Kepada Remaja dan Anak-Anak Di Sekitar Taman Baca Masyarakat (TBM) Gubeng Jaya.

1.4 Manfaat

Terdapat beberapa manfaat yang diperoleh dari kegiatan pengenalan Safety Hear kepada remaja dan anak-anak di sekitar TBM Gubeng Jaya, yaitu:

1. Penanaman literasi tentang pentingnya kesehatan telinga yang harus dijaga dengan pengenalan Safety Hear bagi remaja dan anak-anak TBM Gubeng Jaya
2. Pemahaman seputar Safety Hear kepada remaja dan anak-anak di sekitar TBM Gubeng Jaya dapat dijadikan pedoman bagi masyarakat untuk menjaga keselamatan pendengaran di sekitar lingkungan Gubeng Jaya
3. Menjadikan masyarakat sekitar khususnya remaja dan anak-anak TBM Gubeng
Jaya mengetahui akses mencari informasi terkait dengan Safety Hear

1.5 Kajian Teori Penelitian

a. The Seven Pillars of Information Literacy

Kegiatan Literasi Informasi ini menggunakan teori The Seven Pillars of Information Literacy. SCONUL (Standing Conference of National and University Libraries) di Inggris mengembangkan model konseptual yang disebut Seven Pillars of Information Literacy. Dengan bagan sebagai berikut:

Model Tujuh Pilar dilihat dari segi peningkatan mulai dari ketrampilan kemelekan informasi dasar melalui cara lebih canggih memahami serta menggunakan informasi. Model 7 Pilar terdiri dari 2 himpunan ketrampilan yaitu:
(a) Mengetahui bagaimana menentukan lokasi informasi serta mengaksesnya
(b) Mengetahui bagaimana memahami serta menggunakan informasi.

Empat pilar pertama terdiri atas ketrampilan dasar yang disyaratkan untuk menentukan lokasi serta akses informasi terdiri: 
Pilar 1: Merekognisi kebutuhan informasi, mengetahui apa yang telah diketahui, mengetahui apa yang tidak diketahui dan mengidentifikasi kesenjangan antara yang diketahui dengan yang tidak diketahui.
Pilar 2: Membedakan cara mengatasi kesenjangan, mengetahui sumber informasi
mana yang paling besar peluangnya memuaskan kebutuhan.
Pilar 3: Membangun strategi untuk menentukan lokasi informasi. Contoh bagaimana mengembangkan dan memperbaiki strategi penelusuran yang efektif
Pilar 4: Menentukan lokasi dan akses informasi, mengetahui bagaimana mengakses sumber informasi dan memeriksa alat untuk akses dan temu balik informasi.
Pilar 5: Membandingkan dan mengevaluasi, mengetahui bagaimana mengakses relevansi dan kualitas informasi yang ditemukan
Pilar 6: Mengorganisasi, menerapkan dan mengkomunikasikan, mengetahui
bagaimana merangkaikan informasi baru dengan informasi lama, mengambil tindakan atau membuat keputusan dan akhirnya bagaimana berbagi hasil temuan informasi tersebut dengan orang lain
Pilar 7: Sintesis dan menciptakan, mengetahui bagaimana mengasimilasikan informasi dari berbagai jenis sumber untuk keperluan menciptakan pengetahuan baru.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan Penelitian

Kegiatan literasi informasi berupa Pengenalan Safety Hear kepada remaja dan anak-anak di sekitar TBM Gubeng Jaya ini adalah bentuk pengabdian terhadap masyarakat dan pengalaman Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pengenalan Safety Hear ini diharapkan memberikan dampak jangka panjang dan sebuah edukasi yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar TBM Gubeng Jaya agar senantiasa menjaga kesehatan pendengaran mereka sendiri di situasi kapanpun dan dimanapun. Dari ketiga rangkaian acara yang didasarkan pada “The Seven Pillars of Information Literacy” dan temuan para ahli, yang didalamnya adalah Game 1 (CARI, DIMANA AKU) dan Game 2 (DENGAR ATAU TIDAK), DONGENG BERGAMBAR serta pemutaran film atau infografis tentang kesehatan pendengaran, diharapkan rangkaian kegiatan tersebut mampu menambah wawasan bagi anak-anak dan remaja disekitar TBM Gubeng Jaya dengan dikemas menyenangkan sehingga dapat menarik perhatian dan kedepannya dapat diimpelementasikan pada kehidupan sehari-hari.

3.2 Saran Penelitian

3.2.1 Bagi remaja dan anak-anak
Remaja dan anak-anak dilibatkan dalam kegiatan pengenalan tentang kesehatan pendengaran di sekitar Taman Baca Masyarakat Gubeng Jaya. Hal ini memberikan pengetahuan serta informasi terkait kesehatan pendengaran.

3.2.2 Bagi mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi mahasiswa serta untuk meningkatkan kegiatan literasi dengan pengenalan kesehatan pendengaran pada remaja dan anak-anak di sekitar Taman Baca Masyarakat Gubeng Jaya dalam usaha. Meningkatkan usaha remaja dan anak-anak untuk merawat dan menjaga kesehatan pendengarannya.

DAFTAR PUSTAKA

Fields, J. M. (1979). Railway noise and vibration annoyance in residential areas. Journal of Sound and Vibration, 66(3), 445–458. doi:10.1016/0022-460x(79)90863-0 
Fields, J. M. (1977). Railway noise annoyance in residential areas: Current findings and suggestions for future research. Journal of Sound and Vibration, 51(3), 343–351. doi:10.1016/s0022-460x(77)80073-4 
Mpofu, J., & Chimhenga, S. (2013). Challenges faced by Hearing Impaired pupils in learning: A case study of King George VI Memorial School. IOSR Journal of Research & Method in Education (IOSR-JRME), 2(1), 69-74.
Razalli, A. R., Thomas, R. O., Mamat, N., & Yusuf, N. (2018). Using text with pictures in primary school to improve reading comprehension for hearing impaired students. Journal of ICSAR, 2(1), 19-27.
Saremi, M., Grenèche, J., Bonnefond, A., Rohmer, O., Eschenlauer, A., & Tassi, P. (2008). Effects of nocturnal railway noise on sleep fragmentation in young and middle- aged subjects as a function of type of train and sound level. International Journal of Psychophysiology, 70(3), 184–191. doi:10.1016/j.ijpsycho.2008.08.002 
Virokannas, H., Anttonen, H., & Niskanen, J. (1994). Health risk assessment of noise, hand-arm vibration and cold in railway track maintenance. International Journal of Industrial Ergonomics, 13(3), 247–252. doi:10.1016/0169-8141(94)90071-x