Iklan Adsense Otomatis

Prioritas Mereka Untuk Mengkonsumsi Produk yang “Menyentuh Hati”

Prioritas Mereka Untuk Mengkonsumsi Produk yang “Menyentuh Hati”


Teknologi dalam masyarakat modern mempengaruhi perilaku customer dalam membeli/menggunakan/memanfaatkan produk (baik barang dan jasa), sehingga penyedia produk harus membuat strategi pemasaran yang sangat komperhensif

a. Konsumen dalam mengkonsumsi barang dan jasa erat kaitanya dengan perilaku konsumen lain yang sama. Dalam konsep bauran pemasaran yang dikemukakan oleh McCarthy (1968) terdapat 4 elemen yaitu product merupakan barang atau jasa yang bisa diperjualbelikan kepada pasar untuk dibeli, digunakan, dimanfaatkan, diperoleh dan bisa memuaskan keinginan serta memenuhi kebutuhan konsumen. Kedua, price merupakan total harga yang semestinya dibayar oleh konsumen berdasarkan dengan kualitas produk yang sama. Selanjutnya, promotion merupakan suatu kegiatan memasarkan/mempromosikan produk untuk mengkomunikasikan manfaat dari produk (barang atau jasa) serta dapat meyakinkan konsumen terkait produk yang mereka hasilkan. Kemudian, place merupakan suatu tempat sasaran mencakup distribusi, kelengkapan produk, lokasi, persediaan, fasilitas penyimpanan, pengedaran dan transportasi dalam membantu suatu produksi dan pemasaran produk.

Tulisan ini berfokus pada promotion. Sebagaimana kita ketahui bahwa teknologi memainkan peran penting dari suatu perencanaan strategis pemasaran produk (barang atau jasa) untuk tujuan meningkatkan hasil produknya. Dalam pemasaran hal ini, kerap ditemukan iklan dikemas dengan adanya testimoni (dari orang-orang terdekat atau idola mereka telah menggunakan sebelumnya) dari sebuah brand/merk produk. Sebagian besar, konsumen dipengaruhi dengan daya tarik emosional (bersifat “menyentuh hati”) daripada hal yang intelektual dan tindakan konsumen dalam memandang suatu produk yang ditawarkan. Sehingga dapat menarik dan meyakinkan konsumen supaya melakukan transaksi demi memenuhi gaya hidup dan aktivitas sosialnya.

Referensi

McCarthy, J. E. (1968). Basic Marketing. A Managerial Approach. Homewood, IL: Irwin.

Studi Kasus, Peluang dan Tantangan bagi Pengelola Perpustakaan

b. Tantangan yang dihadapi oleh perpustakaan perguruan tinggi adalah pandangan dari pengguna terhadap perpustakaan masih dianggap memberikan kesan kaku, formal, dan membosankan. Menyikapi hal ini, seharusnya pengelola perpustakaan membranding/mempromosikan perpustakaan menjadi pusat pembelajaran untuk menciptakan ruang belajar kreatif, unik dan dapat memenuhi kebutuhan bagi pengguna generasi sekarang dan yang akan datang. Sebagai solusi/masukan bagi pengelola perpustakaan perguruan tinggi dapat memfasilitasi dan menyediakan coworking space. Dilansir dari laman SFGATE (2008), coworking space dikenal mempunyai konsep transparan dan open space. Dengan coworking space ini dapat membuat para pengguna perpustakaan di dalamnya dapat saling berinteraksi dan tidak menutup kemungkinan untuk membentuk ruang kerja/belajar networking.

Referensi

DeBare, Ilana. (19 Februari 2008). Shared work spaces a wave of the future. SFGATE. https://www.sfgate.com/bayarea/article/Shared-work-spaces-a-wave-of-the-future-3294193.php#photo-2441716. Diakses pada tanggal 18 Maret 2020

Perpustakaan sebagai Solusi Meng-counter Informasi Hoax seputar wabah corona

Pesatnya persebaran informasi atau berita bohong (hoax) melalui internet sebagai bentuk ancaman/penyesetan informasi membuat keresahan bagi masyarakat (Nashihuddin, 2017). Apalagi, berita hoax ini muncul bersamaan dengan wabah virus Corona yang dapat mengakibatkan masyarakat takut dalam menghadapi bencana non alam ini. Nashihuddin (2017) menyebutkan beberapa faktor penyebabnya; yaitu kurangnya kesadaran literasi informasi di masyarakat dan mudahnya membuat situs website di internet dan akun di media sosial (dapat dipalsukan/anonim) dalam memproduksi berita/informasi. Setelah mengetahui hal ini, maka peran pustakawan harus melakukan dan menentukan langkah antisipasi (seperti sosialisasi) guna menghadapi berita hoax terkait wabah Covid-19 di masyarakat yang merujuk pada kualitas informasi.

Kualitas informasi menurut Kadir dalam (Angkoso, Rahmanto, & Slamet, 2017) mencakup keakuratan informasi (accuracy), suatu informasi atau berita harus mencerminkan maksud dan tidak menyesatkan. Adapun komponen pendukung yang dapat mempengaruhi keakuratan suatu informasi diantaranya 1) Penyajian Informasi, maksudnya informasi dikatakan dapat dipahami bila informasi disajikan dalam format yang berguna dan dapat dimengerti, 2) Kelengkapan (completeness) informasi, berarti informasi harus memiliki kelengkapan yang baik, 3) Kebenaran (correctness) informasi berarti informasi yang dihasilkan haruslah benar sesuai dengan pengelolahan data, 4) Keamanan (security) informasi berarti informasi mampu untuk mengontrol atau memecahkan suatu masalah dengan baik; Kedua, tepat pada waktunya (timeliness) berarti informasi yang dihasilkan dari suatu proses pengolahan data, datangnya tidak boleh usang (terlambat); dan relevan (relevancy) berarti Informasi dikatakan berkualitas jika relevan bagi pemakainya.

Tulisan ini berfokus pada kualitas informasi dengan memberikan informasi yang akurat dalam antisipasi bertia hoax terkait wabah Covid-19. Sependapat dengan pernyataan hasil penelitian Angkoso, Rahmanto, & Slamet (2017) bahwa faktor yang signifikan mempengaruhi kualitas informasi adalah faktor akurasi. Dengan hal ini, aktualisasi peran pustakawan yang dilakukan kepada masyarakat adalah pustakawan dapat menjelaskan tentang bagaimana langkah-langkah dalam memperoleh, menentukan, dan mengindentifikasi sebuah informasi/berita baik penyebaran dan penanganan/pencegahan terkait wabah Virus Corona ini yang benar dan akurat. Berdasarkan hasil penelitian Nashihuddin (2017) khususnya berita/informasi yang bersumber dari situs website di internet, yaitu masyarakat harus mencermati beberapa komponen, yaitu 1) Identitas pengelola/pemilik situs website (tercantum/anonim); 2) Sumber berita/informasi (pers/media sosial); 3) Tingkat kredibilitas identitas penulis (minimal pekerjaan/keahlian); 4) Sumber proses pengelolahan data (ilmiah/opini/fakta); 5) Penggunaan bahasa kepenulisan (baku/non-baku); dan 6) Penyajian informasi/berita (positif/negatif).

Referensi

Nashihuddin, Wahid. (2017). Pustakawan, Penangkal Informasi Hoax di Masyarakat. Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah – LIPI. https://www.researchgate.net/publication/313859853.

Angkoso, Sutanto P., Rahmanto, Andre N., & Slamet, Yulius. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Informasi Pelayanan Bidang Akademik kepada Mahasiswa. Jurnal Manajemen Komunikasi. 1 (2). 234-264. DOI:10.24198/jmk.v1i2.9563.