Iklan Adsense Otomatis

Sosiologi: Interaksi Sosial

“INTERAKSI SOSIAL DI ERA POSTMODERN DI WARUNG KOPI BERFASILITAS WIFI”

Dibuat oleh
Wahyu Febrianto, Betha Mercy Ananda, Khoirun Nisa', Vira Yudi Nandita, Siti Miftakhur Rohmah

Interaksi Sosial



Interaksi Sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. 
Menurut Soerjono Soekanto dalam interaksi sosial terdapat dua syarat yang harus dipenuhi, yaitu:

  1. Adanya kontak sosial (social contact) 
  2. Adanya komunikasi 

Menurut Wikipedia sendiri, interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tidakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapan di dalam masyakarat. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap orang pasti membutuhkan orang lain dalam melakukan interaksi sosial untuk bertukar pikiran. Maka dari itu, dengan adanya nilai dan norma yang sudah dirumuskan dan berlaku di masyarakat, maka setiap individu yang ada didalamnya harus menerapkannya dengan baik. Sehingga interaksi sosial yang terjadi didalamnya pun bisa terlaksana dengan baik. 

Interaksi sosial menurut Soerjono Soekanto merupakan kunci rotasi semua kehidupan sosial. Interaksi sosial merupakan dasar dari suatu bentuk proses sosial karena tanpa adanya interaksi sosial, maka kegiatan–kegiatan antar satu individu dengan yang lain tidak dapat disebut interaksi. 

Era Pramodern, Modern dan Postmodern

Era pramodern merupakan era yang berlangsung di zaman dahulu, dimana ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi belum begitu berkembang. Di era ini semua pemikiran manusia masih mendapat pengaruh besar dari agama, manusia cenderung mematuhi hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh agama ataupun hukum alam tanpa mempertanyakan bagaimana proses sesuatu itu ada dan dilakukan.

Berkembangnya pola pemikiran manusia di era pramodern kemudian menghasilkan suatu era baru yang disebut dengan era atau zaman modernisasi. Menurut Marx, modernitas ditentukan oleh ekonomi kapitalis. Ia mengakui kemajuan yang ditimbulkan oleh transisi dari masyarakat sebelumnya ke masyarakat kapitalisme. Namun dalam karya-karyanya, sebagian besar perhatiannya ditujukan untuk mengkritik sistem ekonomi kapitalis dan kecacatannya (alienasi, eksploitasi, dan sebagainya). 

Menurut Weber, masalah kehidupan modern yang paling menentukan adalah perkembangan nasiolitas formal dengan mengorbankan tipe rasionalitas lain dan mengakibatkan munculnya kerangkeng besi rasionalitas manusia semakin terpenjara dengan kerangkai besi ini dan akibatnya semakin tidak mampu mengungkapkan beberapa ciri kemanusiaan mereka yang paling mendasar. Dalam era ini tentu saja ada dampak positif dan negatif. 

Setelah era modernisasi berkembang secara pesat, yang memunculkan berbagai macam penelitian dari para ilmuwan dari disiplin ilmu yang beragam yang mengevaluasi era modern, maka muncullah era post modernisme. Teori postmodern atau postmodernism (Felluga, 2007) merupakan sebuah gerakan intelektual yang lahir sebagai respon terhadap beberapa tema yang dikemukakan oleh kaum modern atau modernis yang diartikulasikan pertama kali selama masa Pencerahan. Era postmodernisme sendiri hanya dibatasi pada akhir abad 20. Beberapa ahli terkadang menyebutkan bahwa era postmodernisme dimulai setelah Perang Dunia II berakhir karena adanya kekecewaan eksistensial akibat terjadinya Holocaust.

Masyarakat Digital (Digital Society)

Era modern sangat dikenal secara umum dengan era masyarakat digital (digital society), teknologi digital mampu mendorong berbagai kemajuan masyarakat. Setiap aktivitas manusia akan digerakkan melalui serangkaian teknologi digital. Relasi yang terbangun di antara individu maupun kelompok adalah relasi pertukaran informasi digital, setiap manusia hanya melakukan serangkaian transaksi atau interaksi melalui simbol atau penanda digital. Transaksi perdagangan, komunikasi, semuanya digerakkan secara digital. Setiap individu akan memiliki identitas digital yang mampu mengenali siapa dirinya, setiap manusia sudah diberi nomor urut: melalui nomor identitas (E-KTP), nomor handphone, nomor telepon, nomor rekening bank, nomor ATM, nomor rekening listrik, rekening telp, rekening air, PIN (Personal Identification Number) ATM, semuanya menggunakan sistem digital. 

Interaksi antar manusia digerakkan dengan teknologi serba digital: komputer, internet, mesin ATM, telepon, handphone,dan sebagainya, semuanya digerakkan secara digital. Kita dapat membeli sesuatu hanya menggesek dengan kartu ATM dan menekan beberapa nomor PIN, demikian halnya untuk membayar tagihan kamar hotel, membeli tiket dan sebagainya. Pengiriman uang dapat dilakukan dengan hitungan detik, hanya dengan menekan beberapa digit nilai uang yang akan dikirim dan beberapa digit nomer rekening tujuan. Bukan uang yang dikirim, melainkan hanya sederet angka yang berpindah dari rekening satu ke rekening yang lain (Martono, 2012,p.292). 

Teori Perubahan Sosial

Para Ahli Sosiolog mempunyai pendapat yang berbeda mengenai perubahan sosial diantaranya (Soekanto, 1990, pp.332-337).

1) Larson dan Rogers, 

berpendapat terkait pengertian perubahan sosial yang dikaitkan dengan adopsi teknologi yaitu perubahan sosial merupakan suatu proses yang berkesinambungan dalam suatu bentangan waktu tertentu. Pemakaian teknologi tertentu oleh suatu warga masyarakat akan membawa suatu perubahan sosial yang dapat diobservasi melalui perilaku anggota masyarakat yang bersangkutan. 

2) Soejono Soekanto,

Mendefinisikan perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi dalam lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya. “Masyarakat digital (digital society) dalah realitas hidup di abad 21, dan Indonesia adalah contoh bagaimana komunitas digital mengubah banyak sektor dalam kehidupan,” kata Kesoema, dalam sesi pembukaan Konferensi Internasional Pelajar Indonesia 2016 oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia. 

Fenomena-fenomena yang mengakibatkan perubahan sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Martono, 2012, p13). 

  1. Setiap masyarakat tidak akan berhenti berkembang karena mereka mengalami perubahan baik lambat maupun cepat. 
  2. Perubahan sosial yang cepat dapat mengakibatkan terjadinya disorganisasi yang bersifat sementara sebagai proses penyesuaian diri. 
  3. Perubahan tidak dibatasi oleh bidang kebendaan atau bidang spiritual karena keduanya memiliki hubungan timbal balik yang kuat 

Dari definisi perubahan diatas dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial budaya merupakan suatu perubahan yang menyangkut banyak aspek dalam kehidupan seperti kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, aturan-aturan hidup berorganisasi, dan filsafat. Jadi, teknologi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya perubahan sosial budaya. 

Perubahan sosial mempunyai tiga dimensi, yaitu: struktural, kultural, dan interaksional. Pertama, dimensi struktural mengacu pada perubahan-perubahan dalam bentuk struktur masyarakat, menyangkut perubahan dalam peranan, munculnya peranan baru, perubahan dalam struktur kelas sosial, dan perubahan dalam lembaga sosial. Kedua, dimensi kultural mengacu pada perubahan kebudayaan dalam masyarakat. Perubahan ini meliputi; (1) inovasi kebudayaan merupakan komponen internal dalam suatu masyarakat. Inovasi kebudayaan yang paling mudah ditemukan adalah munculnya teknologi baru. Kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks memaksa individu untuk berpikir kreatif dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. (2) difusi merupakan komponen eksternal yang mampu menggerakkan terjadinya perubahan sosial. Sebuah kebudayaan mendapatkan pengaruh dari budaya lain, kemudian memicu perubahan kebudayaan dalam masyarakat yang “menerima” unsur-unsur budaya tersebut. (3) integrasi merupakan wujud perubahan budaya yang “relatif lebih halus”. Hal ini disebabkan dalam proses ini terjadi penyatuan unsur-unsur kebudayaan yang saling bertemu untuk kemudian memunculkan kebudayaan baru sebagai hasil penyatuan berbagai unsur-unsur budaya tersebut (Martono, 2012,p.6). 

Ketiga, dimensi interaksional mengacu pada adanya perubahan hubungan sosial dalam masyarakat. Dimensi ini meliputi (Martono, 2012, pp.7-8):

  • Perubahan dalam frekuensi. Perkembangan teknologi telah menyebabkan berkurangnya frekuensi individu untuk saling bertatap muka. Semua kebutuhan untuk berinteraksi dapat dipenuhi dengan memanfaatkan teknologi. Seorang nasabah bank tidak perlu berulang kali bertemu dengan petugas teller bank. Fungsi dan peran teller bank telah tergantikan oleh mesin ATM (Automatic Teller Ma-chine atau Anjungan Tunai Mandiri) yang mampu melayani nasabah selama 24 jam dimana saja, tanpa harus mengantre lama, atau menulis formulir tertentu. 
  • Perubahan dalam jarak sosial. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menggeser fungsi “tatap muka” dalam proses interaksi.  Individu atau kelompok tidak harus bertatap muka untuk dapat melakukan  komunikasi dan interaksi secara langsung. Bahkan ketika dua individu berada di tempat yang sangat jauh, mereka bisa tetap berkomunikasi meskipun dalam jarak ribuan kilometer. 
  • Perubahan perantara. Mekanisme kerja individu dalam masyarakat modern banyak bersifat serba “online”, menyebabkan individu tidak banyak membutuhkan “orang lain” dalam proses pengiriman informasi. Pada zaman dulu, seorang raja yang ingin menyampaikan berita untuk kerajaan tetangga, menyuruh prajurit untuk menyampaikan surat ke kerajaan tetangga tersebut. Namun, pada masa modern sekarang, informasi antar negara dapat langsung disampaikan tanpa melalui orang lain sebagai perantara. 
  • Perubahan dari aturan atau pola-pola. Banyak aturan serta pola-pola hubungan yang mengalami perubahan seiring perkembangan masyarakat. Emansipasi perempuan dalam dunia kerja misalnya, telah mengubah cara pandang masyarakat dalam menyikapi “perempuan yang pulang malam”. Apabila  sebelumnya perempuan yang sering keluar atau pulang malam sering dikonotasikan  sebagai “perempuan nakal”, namun sekarang masyarakat telah memandang hal  tersebut sebagai hal yang biasa karena pada saat sekarang banyak perempuan yang bekerja sampai larut malam atau bahkan bekerja pada malam hari.

Kemajuan teknologi merupakan contoh perubahan sosial yang bersifat kemajuan karena mempermudah aktivitas manusia dalam memenuhi hasrat kebutuhan hidupnya. Namun, disisi lain kemajuan teknologi juga merupakan contoh perubahan sosial yang bersifat kemunduran karena manusia menjadi tergantung dengan teknologi (budak teknologi) bukan manusia yang menguasai teknologi akan tetapi teknologi yang menguasai manusia. 

Perubahan Pola Hidup Akibat Kemajuan Teknologi

Era digital harus disikapi dengan serius, menguasai, dan mengendalikan peran teknologi dengan baik agar era digital membawa manfaat bagi masyarakat. Pengenalan tentang pemanfaatan berbagai aplikasi yang dapat membantu pekerjaan manusia perlu dikaji agar diketahui manfaat dan kegunaannya serta dapat memanfaatkannya secara efektif dan efisien terhindar dari dampak negatif dan berlebihan. Demikian juga pemerintah melakukan kajian mendalam era digital ini dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan atau keamanan serta teknologi informasi. 

Merosotnya nilai moral pada masyarakat terutama kalangan anak memang menjadi keprihatinan serius bagi pemerintah dan masyarakat terutama orang tua, namun di era serba digital sekarang dengan arus teknologi infomasi yang sulit dibendung menjadikan persoalan tersebut tidak sederhana. Media yang tanpa kontrol dapat dengan mudah mencuci otak anak melalui game online. Anak lebih tertarik pada handphone (android dan Iphone-nya) dari pada permainan tradisional, dongeng, dan lagu-lagu anak yang sarat dengan pendidikan. Bahkan iklan barang haram seperti miras dan nakotika dikemas secara menarik bagi  anak melalui internet dalam bentuk game online menambah kompleksitas persoalan moralitas anak. 

Keseringan dengan gadgetnya, kita bisa menjadi bersikap anti sosial dan kurang percaya diri sebab banyak mengurung diri dalam kamar karena asyik dengan handphone dan game online. Akibatnya dapat menggerus nilai kepekaan  sosial, kepedulian,dan empati pada sesama. Karakter egoisme dan keras kepala bisa merasuki anak jika terlalu sering berinteraksi dengan game online. Apalagi unsur kekerasan dan sadisme sering menjadi game favorit anak, tentunya hal itu secara tak sadar anak akan meniru aksi pada game dan mengaplikasikannya pada dunia nyata saat bergaul dengan teman dan keluarganya. Pola hidup manusia selalu mengalami perubahan seiring perkembangan zaman. Kehidupan yang semakin modern membawa manusia pada pola perilaku yang unik, yang membedakan individu satu dengan individu lain dalam persoalan gaya hidup. Bagi sebagian orang gaya hidup merupakan suatu hal yang penting karena dianggap sebagai sebuah bentuk ekspresi diri. 

Pola hidup merupakan pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain, yang berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat dipahami oleh orang yang tidak hidup dalam masyarakat modern. 

Menurut Talcott Parson (Dwiningrum, 2012, p.51), masyarakat modern digambarkan dengan ciri-ciri sebagai berikut:

  • Netralitas efektif yaitu bersikap netral, bahkan dapat menuju sikap tidak memperhatikan orang lain atau lingkungan.

  • Orientasi diri, yaitu lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri.

  • Universalisme, yaitu menerima segala sesuatu dengan obyektifd. 

  • Prestasi, yaitu masyarakat suka mengejar prestasi. 

  • Spesifitas, yaitu berterus terang dalam mengungkapkan segala sesuatu. 

Peran teknologi dalam mempengaruhi perubahan pola hidup manusia bukanlah sebuah hal yang perlu dipertanyakan lagi. Manusia tidak akan mampu hidup tanpa teknologi. Telah lama mengenal teknologi sebagai alat bantu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, kebanyakan teknologi itu terbuat dari bahan-bahan atau materi yang sangat sederhana. Teknologi dapat menyatukan masyarakat, dapat pula memisahkan masyarakat. Ada empat perubahan kecenderungan berpikir yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi, yaitu: pertama, tumbuhnya reifikasi merupakan anggapan bahwa yang semakin luas dalam kenyataan harus diwujudkan dalam bentuk-bentuk lahiriah dan diukur secara kuantitatif. Kedua, manipulasi merupakan kemampuan manipulasi yang tinggi bagi kerangka berpikir manusia yang disebabkan kemampuan teknologi dalam mengubah dan mengolah benda-benda alamiah menjadi sesuatu yang bersifat artifisial demi memenuhi kepentingan manusia. Ketiga, fragmentasi merupakan adanya spesialisasi dalam pembagian kerja yang akhirnya menuntut profesionalisme dalam dunia kerja. Keempat, individualisasi yang dicirikan dengan semakin renggangnya ikatan seseorang dengan masyarakatnya dan semakin besarnya peranan individu dalam tingkah laku sehari-hari (Martono,2012, p.278).

Interaksi Sosial di Era Pramodern dan Postmodern

Sebelum menjamurnya teknologi komunikasi dalam kehidupan umat manusia, sebuah hubungan sosial yang terjadi antara satu orang dengan orang lainnya terjadi hanya melalui kontak fisik secara langsung. Dikarenakan keterpurukan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi manusia hanya dapat melalukan pertukaran informasi apabila mereka berjumpa dengan manusia lain secara langsung bertatap muka. Dari hal tersebut, kekuatan interaksi antar manusia satu dengan lainnya masih tergolong sangat kuat dikarenakan ketika mereka bertukar informasi mereka melakukannya secara langsung dengan bertatap muka.

Sejatinya, secara fisik interaksi sosial baru dapat dikatakan terjadi apabila terjadi hubungan badaniah. Akan tetapi, dengan terjadinya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa kini orang dapat terhubung dengan pihak lain tanpa perlu terjadinya sentuhan secara fisik. Orang-orang kini dapat terhubung dengan orang lainnya melalui telepon, telegraf, radio, surat, internet, media sosial dan sebagainya yang memungkinkan terjadinya sebuah interaksi tanpa harus bertatap muka.Dari pengaruh yang diakibatkan oleh kian majunya teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini, masyarakat menjadi berpikir bahwa cara mereka melakukan interaksi tidak perlu dilakukan secara langsung dengan bertatap muka melainkan dapat dilakukan melalui media massa yang sekarang ini banyak tersebar luas di masyarakat. 

Semakin canggihnya teknologi dan pesatnya arus perkembangan informasi timbulah suatu kelompok masyarakat yang memiliki ketergantungan akan produk-produk teknologi itu sendiri. Masyarakat cenderung melakukan pola konsumtif terhadap perkembangan informasi yang semakin hari kian meningkat drastis. Perkembangan teknologi dan informasi sendiri sebagai hasil dari era modern menjadikan masyarakatnya sebagai masyarakat digital. Setiap aktivitas manusia saat ini dapat digerakkan dengan seperangkat teknologi digital. 

Dengan teknologi digital tersebut interaksi yang dulunya dilakukan secara langsung saat ini bentuk interaksinya telah digantikan oleh simbol-simbol yang dikirim. Kemudian relasi yang terbangun di antara individu adalah relasi pertukaran digital, setiap manusia hanya melakukan serangkaian transaksi atau interaksi melalui simbol-simbol digital. Transaksi perdagangan, komunikasi, semuanya digerakkan secara digital. Manusia pun kemudian memiliki identitas digital untuk mengenali antara satu dengan lainnya. 

Berbagai macam perubahan menunjukkan perubahan yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan. Kemajuan teknonogi dari tahun ke tahun semakin memanjakan masyarakat dalam pemenuhan segala macam kebutuhan hidupnya. Sehingga dengan mudahnya masyarakat mendapatkan berbagai hal tanpa harus bersusah payah untuk bertemu langsung dan terjun secara langsung  ke masyarakat mengakibatkan menurunnya tingkat manusia berinteraksi secara langsung dan lebih memilih melakukannya secara digital. Akan tetapi tidak sedikit juga masyarakat yang masih berpikir bahwa interaksi antar individu dalam masyarakat masih tergolong hal yang penting sehingga mereka masih sering melakukan berbagai kegiatan untuk melakukan interaksi secara tatap muka, seperti misalnya kegiatan mengopi bersama-sama yang dilakukan di warung-warung sekitar wilayah atau lingkungan tempat tinggal mereka untuk menemukan beberapa informasi baru yang mereka dapatkan ketika mereka sedang berjumpa. Bahkan tidak sedikit juga masyarkat yang masih berpikir bahwa dengan berinteraksi secara langsung dengan orang lain di era post-modern seperti sekarang ini menjadi hal yang dapat menjadi suatu pengisi waktu luang dan suatu wadah bagi masyarakat untuk saling bertukar pikiran dan bertukar informasi terkait permasalahan yang sedang terjadi dan menjadi topik hangat belakangan.

Studi Kasus

Sebagai dampak dari berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era modern dan postmodern, salah satu bentuk contoh yang banyak terjadi dan hampir merata baik di pedesaan maupun perkotaan adalah menjamurnya warung kopi, kafe, restoran, dan lain sebagainya yang dilengkapi dengan fasilitas WiFi.

Berikut kami sajikan beberapa data mengenai interaksi sosial yang terjadi di warung kopi. 

Lokasi wawancara: Warung kopi Giras Kita, daerah Mojo 

Waktu wawancara: pukul 17.13 – 17.25 

  • Informan 1: Mas Huda (asal dari Tuban) alumni prodi Ilmu Sejarah Universitas Airlangga lulus tahun 2017 

  • Informan 2: Mas Edi (asal Nganjuk) alumni prodi Ilmu Sejarah Universitas Airlangga lulus tahun 2017 

Hasil wawancara: 

Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap informan 1 dan 2, dapat disimpulkan bahwa mereka selaku pengunjung warung kopi dengan dilengkapi fasilitas WiFi mengatakan bahwa mereka sering berkunjung ke warung kopi di daerah Mojo tersebut untuk mengenang masalalu ketika mereka masih berkuliah dulu, mereka biasa menggunakan warung kopi tersebut untuk tempat berkumpul bersama teman-teman masa kuliahnya dulu. Selain hanya untuk mampir dan minum kopi, mereka juga menggunakan warung kopi tersebut untuk memanfaatkan fasilitas yang ada yaitu berupa jaringan WiFi yang mereka gunakan untuk bermedia sosial. Ketika mereka berkumpul bersama-sama dengan teman waktu kuliah masih terjadi banyak interaksi seperti saling bertukar cerita dan mengenang cerita-cerita ketika masa perkuliahan. Akan tetapi apabila mereka berkunjung sendirian ke warung kopi tersebut meresa akan sibuk dengan dunia mereka sendiri seperti lebih sibuk bermain gadget ketimbang memilih untuk berinteraksi dengan orang di sekitarnya. 

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. Teori Postmodern-Pengertian-Kritik. https://pakarkomunikasi.com/teori-postmodern. Diakses pada tanggal 27 Februari 2018.

Martono, Nanang. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Postmodern, dan Postkolonial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Ngafifi, M. 2014. Kemajuan Teknologi dan Pola Hidup Manusia dalam Perspektif Sosial Budaya, 2, 38-41.

Soerjono Soekanto. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar: Edisi Baru Keempat. Jakarta: Rajawali Pers.

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi Modern:edisi keenam. Jakarta:Prenada Media.