Iklan Adsense Otomatis

Sosiologi: Diferensiasi Sosial

“GAYA KOMUNINIKASI DARI ETNIK MADURA DAN ETNIK JAWA
DIFERENSIASI SOSIAL

Disusun oleh: Betha Mercy Ananda, Wahyu Febrianto, Khoirun Nisa, Siti Miftakhur Rohmah, Vira Yudi Nandita



Diferensiasi Sosial

Diferensiasi sosial adalah pengelompokan masyarakat secara horisontal berdasarkan ciri-ciri tertentu. Perbedaan-perbedaan itu tidak dapat diklasifikasikan secara bertingkat atau vertikal seperti halnya pada tingkatan dalam lapisan ekonomi, yaitu lapisan tinggi, lapisan menengah dan lapisan rendah. Pengelompokan horisontal yang didasarkan pada perbedaan ras, etnis (suku bangsa), klen dan agama disebut kemajemukan sosial, sedangkan pengelompokan berasarkan perbedaan profesi dan jenis kelamin disebut heterogenitas sosial. Kalau kita memperhatikan masyarakat di sekitar kita, ada banyak sekali perbedaan-perbedaan yang kita jumpai. 

a. Faktor-faktor pembentuk ketidaksamaan Sosial 

Bila kita amati, dalam kehidupan sehari-hari kita mengetahui adanya pembedaan  ntara kaum laki laki & perempuan (tipe kelamin), kategori tugas,  suku bangsa, ras & agama. Hal tersebut menunjukkan adanya keanekaragaman dalam warga yang penggolongannya bukan atas basic tinggi rendahnya penggolongan tersebut, namun lebih ditekankan kepada klasifikasi penduduk dengan cara horisontal. Artinya tak ada golongan yang lebih rendah atau lebih tinggi akibat dari penggolongan tersebut. Diferensiasi sosial penduduk ditandai bersama adanya perbedaan faktor-faktor sebagai berikut.

b. Perbedaan Ciri-ciri fisik

Diferensiasi ini berjalan sebab perbedaan ciri-ciri fisik tertentu yang mendasari lahirnya pembagian ras, seperti wujud kepala,wujud tubuh, warna  kulit, warna rambut & warna mata. Menurut Andre Ketzsus, beraneka ciri fisik bakal dikemukakan yang merupakan berikut. 

1) Wujud kepala, dibedakan jadi tiga,ialah 

a) Dolichepalis (kepala bertengkorak panjang) 
b) Meshochepolis (kepala bertongkorak sedang) 
c) Branehyshepalis (kepala bertengkorak pendek) 

2) Wujud tubuh,yang jadi basic pembeda ialah bahwa manusia dewasa 

memiliki ketinggian biasanya150-178 centimeter maka satu orang yang mempunyai ketinggian lebih dari 178 centimeter & kurang dari 150 sentimeter termasuk dalam golongan tersendiri. 

3) Wujud hidung, meliputi. 

a) Jepthorine (hidung sempit atau mungil) 
b) Mesosorshine ( hidung sedang) &
c) Platirhina (hidung lebar & akbar) 

4) Wujud rambut yang dibagi jadi tiga,ialah. 

a) Leiotris (rambut lurus) dipunyai orang tionghoa & eskimo (Mongoloid & Kaokosoid).
b) Cyimotris (rambut halus & pirang),dipunyai oleh etnis dari ras Nordic, Alpine & Medetranian. 
c) Ulotris (rambut gimbal) dipunyai sebahagian ras Negroid di benua Afrika & Ras Malenesia 

5) Warna kulit, menurut F. J Blumenbach, dikelompokkan jadi lima,yakni 

a) Kulit putih, dipunyai ras Kaukososid 
b) kulit hitam, dipunyai oleh ras dari Negroid, malenesian, & Polynesian 
c) Kulit sawo matang, dipunyai ras Malayan Mongoloid. 
d) kulit Kuning, dipunyai ras Asiatic Mongoloid & Eskimo. 
e) kulit Merah, dipunyai ras beberapa orang Indian dan warga ori benua Amerika. 

6) Warna Mata, meliputi warna hitam, biru & coklat pula abu-abu. 

c. Perbedaan Ciri-ciri sosial

Perbedaan ini menyangkut bersama status & peranan penduduk warga dalam kehidupan sehari-hari.Terkecuali itu, ditentukan juga oleh perbedaan mata pencaharian, prestise & kekuasaan. Faktor-faktor tersebut menyangkut dengan upah maka memunculkan kesan adanya tingkatan tinggi rendah meski sebenarnya tak menunjukkan adanya kelas-kelas sosial namun terwujud dengan adanya perbedaan, seperti perbedaan antara petani, pedagang, karyawan, Petugas  negara, polisi & TNI. 

d. Perbedaan Ciri-ciri Budaya

Perbedaan kepada factor ini, berhubungan adanya perbedaan pandangan hidup sebuah penduduk yang tentang pengerjaan nilai, norma, system religi, system kekerabatan. Bahasa yang dimanfaatkan, kesenian, etos kerja, teknologi, system kemasyarakatan  

Wujud Diferensiasi

Berbagai bentuk differensiasi sosial dalam masyarakat berdasarkan perbedaan Ras, Agama, Jenis kelamin, Profesi, Klan, dan Suku bangsa. Diferensiasi sosial merupakan perbedaan seseorang dilihat dari suku bangsa, ras, agama, klan, Dan sebagainya. Pada intinya hal-hal yang terdapat dalam diferensiasi itu tidak terdapat tingkatan-tingkatan, namun yang  membedakan satu individu dengan ini individu yang lainnya adalah sesuatu yang biasanya telah ia bawa sejak lahir. 

a. diferensiasi sosial berdasarkan perbedaan ras 

Menurut A.L. Kroeber, seorang ahli samatologi (ilmu yang mempelajari ras manusia), ras manusia di dunia dibedakan atas lima macam yaitu sebagai berikut. 

1) Ras Australoid, 

Ras ini merupakan penduduk asli dari benua Australia yang dikenal dengan suku Aborigin. Ciri-ciri fisik suku Aborigin yakni tubuh sedang, rambut keriting, mata hitam, bibir tebal, dan kulit hitam. 

2) Mongoloid, 

Ras ini merupakan penduduk asli dari wilayah Asia dan Amerika. Secara garis besar ras Mongoloid diklasifikasikan atas tiga golongan yaitu :

a) Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah, dan Asia Timur)
b) Melayan Mongoloid (Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Filiphina, dan penduduk asliTaiwan)
c) American Mongoloid (penduduk asli Benua Amerika Utara dan Selatan dari orang-orang Eskimo di Amerika Utara sampai penduduk Terra del Fuego di Amerika Selatan) Ciri-ciri fisik ras Mongoloid rambut lurus, mata sipit, kulit kuning, dan bibir tipis. 

3) Kukasoid 

a) Nordic (Eropa Utara sekita Laut Baltik) 
b) Alpine (Eropa Tengah dan Timur) 
c) Meditererranean (Penduduk sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, dan Iran) 
d) Indic (Pakistan, India, Bangladesh, dan Sri Langka) 

Ciri-ciri fisik ras Kaukasoid yaitu rambut lurus, atau berombak, hidung sempit, tubuh tinggi dan warna kulit terang. 

4) Negroid 

a) African Negroid (Benua Afrika) 
b) Negrito (Afrika Tengah, Semanjung Melayu, dan Filiphina) 
c) Malanesia (Papua dan Malenesia) Ciri fisik ras ini yaitu rambut keriting, hidung sangat lebar, bibir tebal, dan warna kulit gelap. 

5) Ras-ras khusus 

a) Bushman (didaerah Gurun Kalahari dan Afrika Selatan) 
b) Veddoid (di pedalaman Sri Langka dan Sulawesi Selatan) 
c) Polynesian (di Kepulauan Mikronesia dan Polynesia) 
d) Ainu (di Pulau Karafuto dan Hokkaido, Jepang Utara) 

b. Diferensiasi sosial berdasarkan perbedaan agama 

Menurut Emile Durkheim agama adalah sebagai suatu sistem terpadu mengenai kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci dan menyatukan semua pengikutnya ke dalam suatu komunitas moral yang disebut umat. Jadi agama adalah suatu kepercayaan yang dianut oleh suatu masyarakat dan bersifat suatu keyakinan yang kuat.Di Indonesia sendiri beragam agama yang dapat dianut masyarakat Indonesia antaralain, Agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu, dan lain-lain. 

c. Diferensiasi sosial berdasarkan perbedaan gender (jenis kelamin) 

Gender adalah pembedaan jenis kelamin antara wanita dan pria. Orang-orang terdahulu sering mngungkapkan “Untuk apa wanita sekolah tinggi, nanti paling di dapur juga kerjannya”. Angapan tersebut sekarang sudah berubah, hal ini dapat dilihat dari kemajuan globalisasi yang membuat wanita dapat turun serta dalam pembangunan ekonomi di suatu negara.Contohnya : dapat kita ambil dari mantan presiden kita Megawati Soekarno putri ia dapat mengambil alih kekuasaan negara dan menjadi pemimpin negara.Selain itu dapat juga kita lihat dari sekolah-sekolah yang ada di lingkungan kita, perempuan lebih dominan untuk bersekolah daripada laki-laki, dan tak jarang pulaperempuan menjadi anggota politik dan sangat berperan aktif dari pada laki-laki. 

d. Diferensiasi sosial berdasarkan perbedaan klan 

Klan adalah suatu kelompok kekerabatan yang terdapat dalam masyarakat dengan menarik garis keturunan secara unilateral, baik yang melalui garis ayah(patrilineal) atau garis ibu (matrilineal).Contohnya: Seperti 2 orang siswi di kelas XI IPS3 SMAN 2 yaitu Windi Minha ZF yang merupakanketurunan Padang, Minangkabau mengikuti aliran Ibu (matrilineal). Dan Ruth S. Sihombing keturunan batak yang mengikuti aliran ayah (patrilineal). 

e. Diferensiasi sosial berdasarkan perbedaan etnis (suku bangsa) 

Suku bangsa adalah golongan sosial yang dibedakan dari golongan sosial yang lain karena mempunyai ciri-ciri yang paling mendasar umum berkaitan dengan asal-usul dan tempat asal serta kebudayaan. Contohnya: Di daerah kakap terdapat banyak suku yang berbeda seperti suku bugis, suku sambas, suku melayu, tetapi mereka tetap bisa akur satu sama lainnya. Walaupun banyak perbedaan yang berasal dari daerah masing-masing.

f. Diferensiasi sosial berdasarkan profesi 

Satu Buah wujud pengelompokkan warga berdasarkan diferensiasi kategori profesi atau tugas yang ditekuni oleh satu orang. Profesi dapat terbentuk seandainya bermacam macam group Cuma mengerjakan satu pekerjaan tertentu Dipenduduk mampu dijumpai bermacam macam profesi seperti petani,penangkap ikan, peternak, tukang, dokter & sebagainya. 

Pengertian dan Penyebab Disorganisasi Sosial 

Pengertian Disorganisasi Sosial Disorganisasi sosial adalah suatu proses sosial kontinu yang memanifestasikan aspek tekanan batin, ketegangan, bencana batin dari pada  suatu sistem sosial. Disorganisasi Sosial (social disorganization) merupakan kebalikan dari Organisasi Sosial (social organization), bahkan tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa untuk memahami konsep social disorganization perlu pula memahami konsep Social organization. Social organization ditandai oelh adanya hubungan yang harmonis antara elemen yang berbeda dalam suatu sistem sosial. Hal yang sebaliknya dapat digunakan untuk mendefiniskan socila disorganization, yaitu apabila proses interaksi sosial dan fungsi yang efektif dari kelompok terpecah atau dapat juga dikatakan proses terpecahnya hubungan antar  kelompok dalam suatu masyarakat. 

Penyebab Terjadinya Disorganisasi Sosial 

Dalam suatu masyarakat, termasuk masyarakat yang ada di Desa Ringinanyar sering kali terjadi proses disorganisasi sosial, terjadinya disorganisasi sosial sekurang-kurangnya disebabkan oleh 3 faktor:

1. Faktor Politik

Hubungan antar kelompok yang semula hidup rukun suatu saat bisa berubah menjadi penuh konflikketika di dalamnya di beri muatan politik. 

2. Faktor Ekonomi 

Perbedaan antar kelompok bisa berubah menjadi permusuhan atau sikap antipati ketika perbedaan antara masing-masing kelompok itu bersejajaran  dengan kesenjangan kelas ekonomi. 

3. Faktor Sosial Budaya  

Yang dimaksud faktor sosial budaya di sini terutama adanya ikatan primordialisme antara kelompok satu dengan kelompok yang lain atas dasar solidaritas etnis, ras, kelas, perbedaan budaya. 

Timbulnya Konflik 

Konflik adalah keadaan dimana interaksi tidak berlangsung menurut nilai dan norma sehingga terjadi pertentangan atau pertikaian atas dasar berbagai kepentingan yang berbeda. Konflik merupakan proses atau keadaan dimana dua pihak atau lebih berusaha menggagalkan tujuan pihak lain kerena ada perbedaan pendapat, atau tuntutan-tuntutan masing-masing pihak. 
Dalam hal ini diferensiasi sosial bisa juga menimbulkan suatu konflik seperti contoh di desa Sukosewu terdapat etnik Jawa dan Cina yang memiliki kebudayaan brbeda. Etnik Cina yang mayoritas beragama Konghuchu tidak disenangi oleh masyarakat dari etnik Jawa asli. Sebab mereka yang mempunyai usaha sebagai penjual makanan siap saji tidak menggunakan kaidah islam yang menginginkan makanan halal. Para etnik Cina ini menjual makanan seperti bebek,  ayam, dan lain sebagainya tanpa disembelih. Masyarakat sekitar merasa tidak nyaman dengan hal ini sehingga timbullah konflik diantara kedua etnik ini. 
Konflik semacam ini bisa terjadi karena tidak adanya perasaan paling benar mengenai kebudayaan yang dianut oleh masing-masing pihak. Mereka berusaha menggagalkan tujuan atua usaha dari etnik lain yang mempunyai  kebudayaan berbeda.

Upaya Mengurangi Konflik 

Konflik dapat dikatakan merupakan suatu yang sementara sifatnya. Jika suatu konflik dapat diatasi, maka masyarakat dapat kembali kearah integrasi dan keteraturan.Konflik pada dasarnya bukan suatu hal yang diinginkan. Oleh karena itu, jika terjadi konflik dalam suatu kelompok atau masyarakat, mereka harus segera diatasi. 

1. Cara-cara untuk mengatasi konflik: 

  • Memaksa pihak-pihak yang bertikai untuk segera mengakhiri konflik;
  • Memaksa pihak-pihak yang bertikai untuk berunding;
  • Menggunakan jasa mediator (penengah);
  • Meminta bantuan pihak ketiga
  • Mempertemukan keinginan-keinginan pihak yang bertikai demi tercepainya tujuan bersama yang diprakarsai penitia tetap;
  • Menganjurkan bertoleransi kepada kelompok-kelompok sosial yang berbeda;
  • Mengadakan gencatan senjata;
  • Membawa kasus ke pengadilan;
  • Penyesuaian kembali

Studi Kasus

Mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan angkatan 2017-Sehari-hari | 16 April 2018-Galeri Ilmu Informasi dan Perpustakaan

Kelompok kami melakukan identifikasi atau mengamati dan mengambil contoh diferensiasi sosial dalam lingkungan mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan Universitas Airlangga. Lingkungan mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan dapat dikatakan menunjukkan adanya diferensiasi sosial karena  beberapa alasan, antara lain dalam Prodi Ilmu Informasi dan Perpustakaan terdapat  mahasiswa yang berlatarbelakang suku bangsa yang beragam. Suku bangsa tersebut seperti suku jawa, suku Madura, suku betawi dll. Selain berdasarkan suku bangsa, diferensiasi tersebut terbentuk karena keanekaragaman agama yang dianut oleh mahasiswa  Ilmu Informasi dan Perpustakaan. 
Meskipun perbedaan dalam diferensiasi sosial bersifat horizontal, namun tetap saja memiliki peluang munculnya konflik. Konflik-konflik tersebut tercipta karena adanya dampak negatif dari diferensiasi sosial. Dampak negatif dari diferensiasi sosial antara lain sikap primordialisme, yaitu pandangan atau paham yang menunjukkan sikap berpegang teguh pada kebudayaannya (sifat kedaerahan). Dampak yang lain adalah etnosentrisme yaitu penilaian terhadap kebudayaan lain atas dasar nilai  dan standard budayanya. Contoh etnosentrisme adalah perilaku carok di masyarakat Madura. Carok adalah upaya pembunuhan yang dilakukan oleh seorang laki-laki  jika merasa harga dirinya terusik atau istri yang direbut atau diganggu oleh lelaki lain. Sepintas perilaku tersebut dianggap brutal dan tidak masuk akal untuk  menyelesaikan masalah. Namun bagi masyarakat Madura konsep harga diri adalah konsep yang  sakral dan harus dijunjung tinggi oleh masyarakat. 
Contoh konflik etnik dalam Lingkungan Mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan adalah gaya bahasa dalam komunikasi antara mahasiswa suku Madura dengan suku Jawa. Dalam suku Madura terkenal memiliki gaya bahasa yang kasar  dan keras sedangkan suku Jawa memiliki gaya bahasa yang kalem dan lembut. Jika seorang mahasiswa suku Madura berbicara dengan nada yang keras pada mahasiswa suku jawa yang notabenya bersifat kalem, maka hal tersebut dapat menimbulkan konflik karena perbedaan gaya bahasa yang dapat menyinggung lawan bicara. 
Cara untuk mengatasi konflik tersebut antara lain mahasiswa harus memiliki sikap yang toleran antar mahasiswa atau suku bangsa lain. Dimana mahasiswa harus dapat menyesuaikan diri dengan berbagai perbedaaan yang ada  di masyarakat Indonesia agar tidak terjadi kesenjangan yang dapat menimbulkan terjadinya konflik saat sedang berkomunikasi atau dalam kehidupan sehari–hari saat bersama dengan orang lain. Selain itu mahasiswa diharapkan menumbuhkan sikap inklusif, sikap bersedia menerima dan mengakui kehadiran individu lain yang belatar belakang sosial budaya yang berbeda dengan dirinya. Dengan demikan  maka akan dapat mengurangi terjadinya ketegangan yang dapat berdampak terhadap munculnya suatu perpecahan dan konflik. 

DAFTAR PUSTAKA

Soerjono, Soekanto (2010). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Narwoko J.Dwi, Bagong Suyanto (2011). Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sutomo dkk.(2009). Sosiologi Untuk SMA Kelas XI Semester 1. Malang: Graha Indotama.

Saptono, dan Bambang Suteng Sulasmono (2007). Sosiologi. Jakarta: PT. Phibeta Aneka Gama.

Usman, Sunyoto (2012). Sosiologi Sejarah, Teori dan Metodologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Burhanudin (2010). Sosiologi Suatu Pengantar. Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta.